Senin, 17 Oktober 2016

Rasa dan Kebodohan

Pertengkaran adalah awal dari pertemuan kita.
Kita selalu bertemu di saat yang tidak tepat. Sindiran, ejekan, kesal dan marah itulah awal pertemuan kita.
Entah kenapa kekesalan itu berakhir dengan sebuah rasa.
Rasa yang awalnya aku pun tak tau bagaimana cara mengungkapkannya.
Berawal dari kebencian, terbiasa, dekat dan akhirnya aku mulai menyayangi mu.
Menyayangi dirimu yang membuat ku menjadi bodoh.
Tak ku sesali kebodohan yang pernah ku alami, Aku senang melewati setiap hari-hari bodohku denganmu.
Bersama mu kurasakan sesuatu yang berbeda di diriku. Aku tidak tau bagaimana mengungkapkannya.
Kau membuatku bahagia, tertawa, merasa senang meski dalam kebodohan.
Aku tak pandai merangkai kata-kata.
Aku tak pandai dalam menunjukkan perbuatan kasih.
Aku tak percaya pada diriku saat ku bersama mu.
.
Kadang ku sadari kalau aku sedang berada dalam kebodohan. Tapi diriku lebih memilih iklas untuk menjalankannya meski dalam kebodohan.
Waktu, tenaga, pikiran bahkan air mata aku korbankan hanya untuk sebuah kebodohan.
Memikirkan kamu yang sebenarnya tak pernah memikirkanku.
Mempertahankan mu yang tak sedikit pun berusaha untuk mempertahankan ku.
Menghabiskan waktu ku untuk bisa bersama mu dimana pada akhirnya aku tau waktu mu bukan untuk ku.
Bahkan ku teteskan air mata untuk mu yang bahkan tidak tau, kenapa aku bisa melakukan itu untukmu.

Ucapan mu itu palsu.
Janji mu penuh dusta.
Apa yang kau lakukan terhadapku selama ini hanyalah sebuah cara untuk mu membuang waktu.
Membuang waktu mu yang tak berharga dan menyia-yiakan waktu ku yang sangat berharga.

Ku tau kau tak pernah salah.
Kau selalu ada alasan untuk semua yang kau lakukan.
Itu tidak salah dan aku sudah tau apa jawabanmu untuk semua pertanyaan di otakku saat ini.
"semua gak seperti yang kamu pikirkan. Kenyataan tidak semudah yang kamu harapkan. Terserah kamu mau percaya aku atau tidak."

kalimat itu.
seakan-akan menjadi sebuah mantra yang merema di dalam otak ku.
sudah berapa kali aku tertipu oleh mantra itu dan bodohnya aku terus tertipu.
sampai...
mati sudah rasa ini untukmu.
hilang semua harapan, mimpi dan rasa sayang ku untuk mu.

Ingin aku menghilangkan semuanya secepat kau merubahnya.
harapan, mimpi dan rasa sayang mungkin cepat menghilang.
Ya, ku coba untuk iklas.
Tapi... rasa sakit yang dalam di dalam diriku tak bisa hilang. Bahkan ku tak bisa mengungkapkan bagaimana rasa sakit itu.

Kecewa. Sakit. Rasa itu terulang lagi.
rasa yang di mana kamu pernah berjanji tidak akan memberikannya kepada ku.
Tapi rasa itu justru datang dari mu. ironis.

Mungkin ku bisa memaafkanmu. Ya suatu hari nanti.
Tapi aku tak bisa membuat sikap ku selanjutnya sama seperti sebelumnya kepadamu.

rasa itu...
rasa yang ku harap kau akan merasakannya .. mungkin tidak saat ini.. tapi nanti..


*CL*